Kaum Madyamika
menggunakan pandangan yang dialektik sebagai alat untuk kritik terhadap
teori-teori. Kaum Madyamika memperoleh konklusi bahwa semua darma adalah sunya
(kosong dari segala keadaan independen). Sunya Bukan Teori, tetapi sunya
merupakan kewaspadaan (awareness) tentang pentingnya pengenalan terhadap
kesadaran.
Sunyata bukan
Nihilisme
Pandangan Dialektika Madhyamika dengan sunyata bukan sebagai suatu pandangan
yang negatif. Pandangan Madyamika tidak menyangkal semua kebenaran tetapi yang
sangkal ad peryataan-peryataan kebenaran. Kebenaran hanya dapat direalisasi
dengan kebijaksanaan yang transenden.Sunya bukan suatu pengertian Nihilisme tetapi realitas keadaan. Sunya bukan
penolakan dari dunia tetapi suatu penjelasan mengenai bagian-bagian dalam
secara implikasi (hubungan dan akibatnya)
Dalam Mahayana
banyak kata untuk menyatakan kebenaran akhir
v
Anutpana : sesuatu yang tidak dilahirkan,
dijadikan.
v
Nisprapanca
: terbebas dari ungkapan dan pluralitas
v
Nirvikalpa
: keadaan yang tidak membeda-bedakanv
Bhutatatha
: kenyataan sejati
v
Anabhilapya
: sesuatu yang tidak dapat diungkapkan
v
Aparapratyaya
: kenyataan yang harus direalisasi oleh seseorang
SAMVRTI SATYA DAN
PARAMARTHA SATYA
Samvrti satya : kebenaran yang umum, kenyataan yang nyata.
Candrakirti memberi 3 definisi Samvrti Satya :
1. Secara kata-kata yg diartikan menutup seluruh sifat sesungguhnya dari benda-benda sehingga mereka terwujud.
2. Hubungan yg saling berhubungan dari benda-benda yaitu kerelatifan sementara
3. Sifat konvensional ad apa yang biasa diterima oleh umum
Candrakirti memberi 3 definisi Samvrti Satya :
1. Secara kata-kata yg diartikan menutup seluruh sifat sesungguhnya dari benda-benda sehingga mereka terwujud.
2. Hubungan yg saling berhubungan dari benda-benda yaitu kerelatifan sementara
3. Sifat konvensional ad apa yang biasa diterima oleh umum
Paramartha Satya
Bodhicitta adalah fondasi dari segala macam kebaikan, sumber dari segala usaha dan kebahagiaan serta sumber dari kesucian
Bodhicitta terbagi
menjadi 2 bagian
1. Bodhi Pranidhi Citta : tingkat persiapan untuk mencapai kebuddhaan
2. Bodhiprasthana Citta : Tingkat pelaksanaan sesungguhnya dalam perjalanan menuju cita-cita.
Timbulnya gerakan Mahayana sebagai filsafat setelah Pari Nirvana Sang buddha dapat dicirikan sebagai berikut :
2. Bodhiprasthana Citta : Tingkat pelaksanaan sesungguhnya dalam perjalanan menuju cita-cita.
Timbulnya gerakan Mahayana sebagai filsafat setelah Pari Nirvana Sang buddha dapat dicirikan sebagai berikut :
1. Konsepsi tentang kebuddhaan (lokuttara) sebagai sari dari alam
fenomena
2. Ide penyelamatan terhadap semua insan dari para Bodhisatva sebagai pengganti dari cita-cita untuk mencapai kebuddhaan.
2. Ide penyelamatan terhadap semua insan dari para Bodhisatva sebagai pengganti dari cita-cita untuk mencapai kebuddhaan.
TRI KAYA
1. Dharmakaya : tubuh halus dari Sang Buddha, suatu kesatuan dengan yang absolut
2. Sambhogakaya : Tubuh berkah, sinar
3. Nirmanakaya : tubuh ujud yang nyata.
2. Sambhogakaya : Tubuh berkah, sinar
3. Nirmanakaya : tubuh ujud yang nyata.
Dharmakaya ad. Kenyataan dari alam universal, terlepas dari dualistik dan sifat
sebenarnya dari alam semesta.
Sambhogakaya ad. Refleksi dari tubuh dharmakaya
yang sinar keagungan
3. Nirmanakaya ad
tubuh yang dipakai oleh Buddha untuk menolong para insan dari penderitaan.
Tubuh tersebut dalam dunia terlihat Sakyamuni Goutama Buddha.
NIRVANA
Pengertian Nirvana
1. Sesuatu yg tak terungkapkan dengan kata-kata, tanpa awal, tak berubah, tanpa rusak
2. Sesuatu yg harus direalisasi oleh pribadi seseorang/padamnya nafsu-nafsu
3. Nirvana adalah keselamatan dan kedamaian abadi.
Ada 4 cara
pengunkapan Nirvana dalam mahayana
1. Negatif
2. Positif
3. Paradoksal
4. Simbolik
2. Positif
3. Paradoksal
4. Simbolik
0 komentar:
Posting Komentar