21.11
0


A.    Simbol-simbol dalam Agama Buddha
Salah satu jenis ungkapan rasa seni manusia yang paling awal adalah simbol. Bentuk ini telah dikenal oleh umat manusia beribu-ribu tahun sebelum tulisan ditemukan, sehingga tidaklah mengherankan pemakaian simbol pun telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari peradaban manusia. Salah satu bentuk penggunaan simbol yang paling penting diaplikasikan dalam konteks
religius. Semua agama maupun kepercayaan memiliki berbagai simbol yang merepresentasikan ajaran, perlambangan suatu peristiwa penting maupun sebagai tanda identitas yang unik bagi agama tersebut. Dalam pengertiannya yang paling dasar, simbol memiliki makna yang sama dengan lambang, yaitu sesuatu seperti tanda (lukisan, lencana, dsb.) yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Simbol pada dasarnya adalah sarana yang mengandung suatu pernyataan khusus dimana makna tersebut berhubungan dengan karakteristik visual dari tanda yang digunakan. Tanda yang digunakan dapat terinspirasi oleh banyak hal, contohnya oleh peralatan buatan manusia, alam, binatang maupun tumbuhan. Agama Buddha yang telah eksis selama kurang lebih dua ribu enam ratus tahun memiliki beragam simbol yang merepresentasikan daerah berkembangnya simbol tersebut (Eka-Citta no. XXVIII/April/2008, hal. 2).
Simbol-simbol dalam agama Buddha antara lain:
1.      Roda Berjari-jari Delapan (Dharmachakra)
Dharmachakra (Sansekerta) atau Dhammacakka (Pāḷi) telah digunakan secara luas sejak lama di India. Bukti arkeologinya terutama sekali banyak ditemukan pada masa pemerintahan Raja Asoka (304–232 SM) dimana ukiran Dharmacakra terdapat di bawah patung empat ekor singa yang menghadap empat penjuru (monumen singa dari Sarnath).
Dharmacakra merupakan lambang dari ajaran Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga). Makna lambang tersebut dapat dijabarkan lebih luas lagi seperti berikut :
a.       Bentuk keseluruhannya merupakan lingkaran yang melambangkan kesempurnaan Dharma.
b.      Tiga buah lingkaran di pusat roda melambangkan Tiga Mestika yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha.
c.       Pusat roda yang melambangkan disiplin sebagai hal mendasar dalam meditasi.
d.      Delapan jari-jarinya menyimbolkan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang diajarkan Sang Buddha (juga dapat melambangkan Welas asih &
e.       Kebijaksanaan).
f.        Pinggiran roda melambangkan praktik meditasi yang menyatukan seluruh unsur-unsur tersebut.
g.      Di antara semua lambang Buddhis, lambang inilah yang paling dikenal oleh komunitas internasional sebagai perlambang agama Buddha.
2.      Pohon Bodhi (Ficus religiosa) dan Daun Bodhi
Pohon dan Daun Bodhi melambangkan Penerangan Sempurna (Mukti, 2003:64). Diceritakan bahwa Buddha berdiri memandang pohon Bodhi tanpa berkedip selama seminggu sebagai ungkapan penghargaan kepada pohon tersebut (Mukti, 2003:112).
3.      Telapak Kaki Sang Buddha
Simbol ini melambangkan kehadiran fisik dari Sang Buddha di bumi ini. Di telapak kakitersebut juga terdapat simbol Dharmacakra yang merupakan salah satu dari tiga puluh dua tanda khusus dari seorang Buddha.
4.      Swastika
Swastika berasal dari kata svastika (Sansekerta) yang berarti objek keberuntungan atau kesejahteraan. Simbol ini merupakan salah satu simbol tertua yang telah dipakai oleh banyak peradaban dan kebudayaan di dunia. Motif ini kemungkinan dipakai pertama sekali pada zaman Neolitik Eropa dan Asia. Bukti-bukti arkeologi menyatakan bahwa lambang ini banyak dipakai oleh peradaban besar dunia seperti Yunani, Romawi, Eropa Barat, Skandinavia, Asia, Afrika dan penduduk asli Amerika.
Penggunaan lambang swastika dalam Buddhisme dipelopori di Jepang dan sebagian besar negara Asia Timur lainnya. Swastika sendiri mengandung makna Dharma, keharmonisan universal dan keseimbangan. Swastika umumnya digunakan di ukiran wihara dan kuil, dada patung Buddha, maupun kadang-kadang di gambar telapak kaki Buddha.
Hal yang menarik dari simbol ini adalah penggunaan lambang serupa tapi berbeda oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Hal ini menimbulkan pandangan negara-negara Barat bahwa swastika merupakan lambang dari Naziisme maupun rasisme, padahal swastika sendiri memiliki makna yang positif bagi pengguna lainnya.
Bentuk swastika Nazi menghadap ke kanan sedangkan arah swastika Buddhis menghadap ke kiri. Walaupun demikian masih banyak pihak yang memandang swastika adalah lambang Nazi Jerman belaka. Hal ini tidak lepas dari “keberhasilan” Nazi dalam mempopulerkan lambang ini selama Perang Dunia II.
5.      Bendera Buddhis
Lambang Buddhis ini merupakan lambang yang usianya paling muda karena diciptakanoleh Kolonel Henry Steele Olcott, seorang jurnalis Amerika Serikat pada tahun 1880. Bendera ini pertama sekali dipakai di Sri Lanka pada tahun 1885. Secara keseluruhan, lambang ini melambangkan kedamaian dan keyakinan.
Arti dari masing-masing warna di bendera Buddhis tersebut adalah:
a.       Biru      : Cinta kasih, kedamaian dan kemurahan hati universal.
b.      Kuning : Jalan Tengah –menghindari sisi ekstrim.
c.       Merah   : Berkah dari praktik Dharma–pencapaian kebijaksanaan,
               keunggulan, kesejahteraan dan kehormatan.
d.      Putih     : Kesucian Dharma– menuntun kepada pembebasan sempurna.
e.       Jingga   : Ajaran Sang Buddha– Kebijaksanaan
               (Fre_Akt’06, 2008:2-4).

0 komentar:

Posting Komentar