A.
Simbol-simbol
dalam Agama Buddha
Salah
satu jenis ungkapan rasa seni manusia yang paling awal adalah simbol. Bentuk
ini telah dikenal oleh umat manusia beribu-ribu tahun sebelum tulisan ditemukan,
sehingga tidaklah mengherankan pemakaian simbol pun telah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari peradaban manusia. Salah satu bentuk penggunaan simbol
yang paling penting diaplikasikan dalam konteks
religius. Semua agama maupun
kepercayaan memiliki berbagai simbol yang merepresentasikan ajaran,
perlambangan suatu peristiwa penting maupun sebagai tanda identitas yang unik
bagi agama tersebut. Dalam pengertiannya yang paling dasar, simbol memiliki
makna yang sama dengan lambang, yaitu sesuatu seperti tanda (lukisan, lencana,
dsb.) yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Simbol pada dasarnya
adalah sarana yang mengandung suatu pernyataan khusus dimana makna tersebut berhubungan
dengan karakteristik visual dari tanda yang digunakan. Tanda yang digunakan
dapat terinspirasi oleh banyak hal, contohnya oleh peralatan buatan manusia,
alam, binatang maupun tumbuhan. Agama Buddha yang telah eksis selama kurang
lebih dua ribu enam ratus tahun memiliki beragam simbol yang merepresentasikan
daerah berkembangnya simbol tersebut (Eka-Citta no. XXVIII/April/2008, hal. 2).
Simbol-simbol
dalam agama Buddha antara lain:
1.
Roda
Berjari-jari Delapan (Dharmachakra)
Dharmachakra (Sansekerta) atau Dhammacakka
(Pāḷi) telah digunakan secara luas sejak lama di India. Bukti arkeologinya terutama
sekali banyak ditemukan pada masa pemerintahan Raja Asoka (304–232 SM) dimana ukiran
Dharmacakra terdapat di bawah patung empat ekor singa yang menghadap empat
penjuru (monumen singa dari Sarnath).
Dharmacakra merupakan lambang dari
ajaran Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga). Makna lambang
tersebut dapat dijabarkan lebih luas lagi seperti berikut :
a. Bentuk
keseluruhannya merupakan lingkaran yang melambangkan kesempurnaan Dharma.
b. Tiga
buah lingkaran di pusat roda melambangkan Tiga Mestika yaitu Buddha, Dharma,
dan Sangha.
c. Pusat
roda yang melambangkan disiplin sebagai hal mendasar dalam meditasi.
d. Delapan
jari-jarinya menyimbolkan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang diajarkan Sang
Buddha (juga dapat melambangkan Welas asih &
e. Kebijaksanaan).
f.
Pinggiran roda melambangkan praktik
meditasi yang menyatukan seluruh unsur-unsur tersebut.
g. Di
antara semua lambang Buddhis, lambang inilah yang paling dikenal oleh komunitas
internasional sebagai perlambang agama Buddha.
2.
Pohon
Bodhi (Ficus religiosa) dan Daun
Bodhi
Pohon dan Daun Bodhi melambangkan
Penerangan Sempurna (Mukti, 2003:64). Diceritakan bahwa Buddha berdiri
memandang pohon Bodhi tanpa berkedip selama seminggu sebagai ungkapan
penghargaan kepada pohon tersebut (Mukti, 2003:112).
3.
Telapak
Kaki Sang Buddha
Simbol ini melambangkan kehadiran
fisik dari Sang Buddha di bumi ini. Di telapak kakitersebut juga terdapat
simbol Dharmacakra yang merupakan salah satu dari tiga puluh dua tanda khusus
dari seorang Buddha.
4.
Swastika
Swastika berasal dari kata svastika (Sansekerta) yang berarti objek
keberuntungan atau kesejahteraan. Simbol ini merupakan salah satu simbol tertua
yang telah dipakai oleh banyak peradaban dan kebudayaan di dunia. Motif ini kemungkinan
dipakai pertama sekali pada zaman Neolitik Eropa dan Asia. Bukti-bukti arkeologi
menyatakan bahwa lambang ini banyak dipakai oleh peradaban besar dunia seperti Yunani,
Romawi, Eropa Barat, Skandinavia, Asia, Afrika dan penduduk asli Amerika.
Penggunaan lambang swastika dalam Buddhisme
dipelopori di Jepang dan sebagian besar negara Asia Timur lainnya. Swastika sendiri
mengandung makna Dharma, keharmonisan universal dan keseimbangan. Swastika umumnya
digunakan di ukiran wihara dan kuil, dada patung Buddha, maupun kadang-kadang di
gambar telapak kaki Buddha.
Hal yang menarik dari simbol ini
adalah penggunaan lambang serupa tapi berbeda oleh Nazi Jerman selama Perang
Dunia II. Hal ini menimbulkan pandangan negara-negara Barat bahwa swastika
merupakan lambang dari Naziisme maupun rasisme, padahal swastika sendiri
memiliki makna yang positif bagi pengguna lainnya.
Bentuk swastika Nazi menghadap ke
kanan sedangkan arah swastika Buddhis menghadap ke kiri. Walaupun demikian
masih banyak pihak yang memandang swastika adalah lambang Nazi Jerman belaka.
Hal ini tidak lepas dari “keberhasilan” Nazi dalam mempopulerkan lambang ini selama
Perang Dunia II.
5.
Bendera
Buddhis
Lambang Buddhis ini merupakan
lambang yang usianya paling muda karena diciptakanoleh Kolonel Henry Steele
Olcott, seorang jurnalis Amerika Serikat pada tahun 1880. Bendera ini pertama
sekali dipakai di Sri Lanka pada tahun 1885. Secara keseluruhan, lambang ini
melambangkan kedamaian dan keyakinan.
Arti dari masing-masing warna di bendera
Buddhis tersebut adalah:
a. Biru : Cinta
kasih, kedamaian dan kemurahan hati universal.
b. Kuning : Jalan
Tengah –menghindari sisi ekstrim.
c. Merah : Berkah
dari praktik Dharma–pencapaian kebijaksanaan,
keunggulan,
kesejahteraan dan kehormatan.
d. Putih : Kesucian
Dharma– menuntun kepada pembebasan sempurna.
e. Jingga : Ajaran
Sang Buddha– Kebijaksanaan
(Fre_Akt’06,
2008:2-4).
0 komentar:
Posting Komentar