A.
Pengertian
Ritual
Berkaitan
dengan pengertian ritual, upacara adalah rangkaian tindakan terorganisir dengan
tatanan atau aturan tertentu yang mengedepankan berbagai tanda atau simbol-simbol
kebesaran dan menggunakan cara-cara yang ekspresif dari hubungan sosial,
terkait dengan suatu tujuan atau peristiwa yang penting. Macam-macam upacara,
seperti upacara kenegaraan termasuk upacara militer dan upacara bendera,
upacara adat dan agama (Mukti, 2003:73).
Menurut
Mukti (2003:73) ritual adalah upacara keagamaan yang mengekspresikan iman,
berupa pemujaan dan kebaktian atau ibadah, dengan menggunakan sarana-sarana
simbolik yang bersifat mistis (hal gaib yg tidak terjangkau dng akal manusia yg
biasa). Tindakan ritual, alat ritual, dan mantra-mantra dalam agama Buddha
dipandang memiliki daya mistis. Ritual Tantra khususnya, ditandai mantra,
dharani, genta, dan mandala (lingkaran magis yang digambarkan sebagai suatu
kawasan kosmis dengan berbagai lambang Buddha), dan mudra. Harus disadari,
segala perangkat upacara yang berbeda-beda menurut aliran atau mazhab memiliki
muatan kepercayaan domestic umat pemeluknya. Akulturasi [yaitu percampuran dua
kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi] budaya
merupakan hal yang biasa dalam sejarah perkembangan agama. Orang yang memahami
ajaran Buddha, satu-satunya nilai dari upacara ritual adalah keadaan pikiran
yang bersih dan sungguh-sungguh yang dapat diwujudkan, karena keadaan pikiran
semacam itu mempunyai kekuatan yang mempengaruhi karma (Mukti, 2003:74-75).
Tindakan
religius dalam agama Buddha didasarkan pada pengertian yang benar, bahwa lenyapnya
duka, atau nasib dirinya tergantung pada apa yang diperbuatnya sendiri, tidak
tergantung pada kekuatan di luar dirinya. Kedudukan makhluk adikodrati yang
personal dapat dikatakan ditukar dengan Triratna. Buddha dan Bodhisattwa yang
dipuja, sesungguhnya secara normatif dipandang sebagai prinsip spiritual, bukan
seorang makhluk pribadi.
Mukti
(2003:75) menyatakan bahwa, ritual sebagai tindakan penghormatan meneruskan
praktik yang telah dilakukan umat ketika Buddha Gotama masih hidup. Terdapat
variasi cara memberi hormat dan bersujud, tergantung kesantunan atau tradisi
masing-masing. Keragaman tata-cara penghormatan merupakan hal yang lazim,
sebagaimana yang ditunjukkan oleh kaum Kalama (A. I, 188).
Tindakan
ritual yang sempurna melibatkan ketiga ungkapan keberadaan kita, yaitu tubuh,
perkataan, dan pikiran. Tubuh bertindak melalui gerak, perkataan melalui
mantra-mantra (gatha, paritta, dan sutta), pikiran melalui meditasi. Sikap
menghormat dalam upacara bermacam-macam sesuai dengan mazhabnya, paling tidak dapat
dikelompokkan sebagai anjali dan namaskara (yang bervariasi), serta pradaksina.
Tantra dibanding dengan aliran lain, lebih kaya dengan gerakan sikap-sikap
ritual sampai kepada bentuk-bentuk tari-tarian.
Kekuatan
efektif upacara bukan pada bentuk ritual, tetapi yang penting adalah sikap
mental dan pikiran seseorang yang memanfaatkan ritual sebagai latihan untuk
menjadi semakin maju dalam perjalanan mencapai kesucian. Sikap mental religius tidak
terbatas pada saat-saat ritual, tetapi harus sepenuhnya dikembangkan dalam
kehidupan sehari-hari (Mukti, 2003:77).
0 komentar:
Posting Komentar